.SOSIOLOGI OLAHRAGA
Sosiologi
olahrga berurusan dengan prilaku sosial manusia, baik prilaku individual maupun
prilaku kelompok, dalam situasi olahraga. Bidang yang luas ini di gambarkan
sebagai suatu kajian proses dan berbagai prnata sosial dalam kaitan dan
pengaruh prilaku keolahragaan dan olahraga. Olahraga merupakan bagian yang
mempunyai arti tersendiri
dalam kehidupan masyarakat. Seringkali pula disebut sebagai mikro kosmos dari
masyarakat, yakni dalam model skala kecil dari keseluruhan rupa masyarakat. Para sosiolog olahraga mempeljari bagaimana interaksi
manusia yang satu dengan yang lain dalam suasana olahraga, menentukan bagaimana
proses olahraga mempengaruhi perkembangan dan sosialisasi manusia dan bagaimana
manusia menyesuaikan dirinya.
Sosiologi
olahraga merupakan bidang baru dalam penelitian olahraga, meskipun hasil karya
para pakar telah terlihat pada awal abad ini. Contoh-contonya adalah : H.
Steinitzer : “Olahraga dan Kebudayaan”
(1910), H. Risse : “Sosiologi Olahraga” (1921), Johan Huizinga : Homo Ludens”
(1938), Roger Caillois : Manusia dan Permainan” (1958).
International
Council of Sport and Physical Education (ICSPE) membentuk sebuah komite yng
disebut Comitte for Sociology of Sport pada tahun 1964. ada dua aspek sosial
yang menjadi kajian sosiologi olahraga, yakni pranata-pranata sosial seperti
sekolah dan organisasi lain serta proses-proses sosial seperti perkembangan
status sosial atau presentase dalam kelompok atau masyarakat, peran olahraga di
sekolah dan masyarakat tempat para remaja tumbuh meminta perhatian untuk dikaji
bagaimana pengaruh olahraga terhadap aspek sosial terhadap proses pertumbuhan.
Hanya dengan menguasai masalah tersebut olahraga bisa d manfaatkan
sebaik-baiknya dalam membantu para remaja dan anak-anak untuk berkembang secara
sehat dan menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Bidang-bidnag
riset atau penelitian sosiologi olahraga mencakup olahraga dan prnata sosial.
Seperti sekolah dan kehidupan politik, stratifikasi sosial (tingkat-tingkat golongan
sosial) dan sosialisasi (bagaimana seseorang atau kelompok berintersksi dengan
yang lain). Diantara masalah-masalah yang di pelajaari dalam hubungan individu
dan kelompok dalam olahraga adalah peranan dan jenis kelamin, masalah ras,
agama, nilai-nilai dan etika, ekonomi, politik, waktu luang, suku bangsa dan
perubahan sosial. Tentang manusia dan kelompok tersebut, kepemimpinan,
sosialisasi dan hal-hal lain seperti kenakalan dan agresi, mobilitas sisial,
hubungan budi pekerti dan konsep diri untuk keberhasilan, perkembangan
tingkahlaku dan aspek-aspek sejenis dari perkembangan sosial. Selain itu
sosiologi olahraga mempelajari teori-teori yang lebih mantap dalam penetapan
dan pendeskripsian olahraga dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Teknik-teknik
dan metode penelitian terus di kembangkan.
Sebagai
contoh bidang-bidang penelitian sosiologi olahraga dikemukakan :
- Pelepasan
emosi (dengan caa yang dapat diterima masyarakat)
- Pembentukan
pribadi (mengenbangkan identitas diri)
- Kontrol
sosial (penyerasian)
- Sosialisasi
(membngun prilaku dan nilai-nilai bersama yang sesuai)
- Perubahan
sosial (interaksi sosial, asimilasi dan mobilitas)
- Kesadaran
(pola tingkah laku yang benar)
- keberhasilan
(cara pencapaian dengan turut aktif atau sebagai pemirsa)
Fungsi-fungsi
tersebut dapat positif namun dapat
negative pula. Metode riset aspek sosial tdaklah mudah karena ia menyajikan
data ojektif yang rendah. Prilaku individu atau kelompok dipelajari dengan
menggunakan sumber-sumber seperti wawancara,statistic (yang sering kali
berdasarkan pendapat subjektif) riset kepustakaan dan arsip, kuesioner,sirvey.
Sumber-sumber denikian jarang sekali objektif karena memakai pendapat
perseorangan atau kelompok untuk menentukan status atau perubahan. Sebagai
hasilnya, riset sosiologi seringkali kontrppersial.
1
Teori-teori Bermain
a.
Teori energi-berlebih
Teori
energi-berlebih atau Spencer-Shiller (filosof Jerman 1759-1805) menyatakan
bahwa manusia mamiliki berbagai potensi yang tidak dapat diaktifkan sekaligus.
Akibatnya adalah adanya kelebihan tenaga yang tidak dapat dimanfaatkan. Pusat
syaraf yang sehat dan aktif selama itu mengakumulasikan energi terus menerus
semakin banyak hingga suatu saat memerlukan kartu penyalur untuk meredakan
tekanan. Bermain merupakan medium pengamannya.
b.
Teori Rekreasi
Guts
Muths, Bapak pendidikan jasmani di Jerman menekankan nilai kretif dari bermain
dalam buku : Bermain untuk latihan dan rekreasi jasmani dan rohani. Teori ini
memnpunyai premis bahwa gagasan dari tubuh manusia memerlukan beberapa bentuk
bermain sebagai alat revitalitas. Bermain adalah medium untuk menyegarkan tubuh
setelah berjam-jam bekerja. Ia membantu pemulihan dari kelelahan energy dan
merupakan preda dari ketegangan syaraf, kelelahan mental dan kegelisahan.
c.
Teori Relaksasi
banyak
persamaan teori relaksasi dengan teori rekreasi, cara bekerja jaman sekarang,
yang menggunakan otot-otot halus dari mata dan tangan sangat berat, menjemukan
dan sangat melelahkan. Jenis pekerjaan demikian dapat merusak syaraf apabila
organism tidak mempunyai cara untuk relaksasi. Bermain meripakan mediumnya. Ia
membantu seseorang untuk keluar rumah dan mengikuti aktivitas tradisional
seperti berburu,mengail, berkelana, berenang, dan berkemah. Aktivitas-aktivitas
ini mengendurkan urat syaraf dan mengistirahatkan seseorang. Serta membantu
segar kembali dan siap untuk bekerja lagi.
d.
Teori Warisan atau Rekapitulasi
Stanley
Hall mengembangkan teori rekapitulasi. Teori ini beranggapan bahwa masa lampau
adalah kunci dari bermain. Bermain di turunkan dari generasi ke generasi sejak
jaman dulu kala. Bermain dan permainan adalah bagian dari warisan setiap
individu. Masyarakat mengulang aktivitas pundamental dari permainan yang
dilakukan oleh manusia jaman lampau. Aktivitas seperti berlari, melempar,
memukul, memanjat, melompat, menghela, dan meloncat merupakan bagian dari hidup
sehari-hari dari generasi ke generasi. Jaman sekarang olahraga dan prtandingan
yang dilakukan hanyalah variasi dari akivitas ke dua tersebut.
e.
Teori Naluri (Gross)
Teori
Naluri menerangkan bahwa manusia mempunyai tendensi naluri untuk aktif pada
berbagai tingkat dalam hidupnya. Seorang anak bernafas, tertawa, menangis,
merangkak, berdiri, berjalan, berlari, dan melempar pada berbagai periode dari
perkembangannya. Kesemuanya dalah naluri dan timbul alami secara perjalanan
perkembangannya. Untuk itu bermain adalah sesuatu yang terjadi secara alamiah
sebagai masalah pertumbuhan dan perkembangan. Hal itu bukan sesuatu yang
dirancang atau dilakukan dengan sengaja untuk mengisi waktu.
f.
Teori Kontak Sosial
Manusia
dilahiran kedua orantuanya. Orang tua adalah anggota dari kelompok, budaya dan
masyarakat tertentu. Sehubungan dengan itu manusia sebagian besara aktivitasnya
didorong lingkungannya. Seseorang akan melakukan permainan yang bisa dilakukan
kelompok dimana ia menjadi anggotanya. Di Indonesia mungkin berupa sepakbola,
di Amerika base ball dan di Inggris cricket.
g.
Teori Pernyataan Diri
Manusia adalah makhluk yang aktif, yang
struktur anatomi dan fisiologinya membatasi aktivitasnya yang tingkat kesegaran
jasmaninya setiap saat mempengaruhi jenis aktivitaas yang dilakukan dan yang
kecendrungan fisokologinya sebagai akibat dari kebutuhan psikologi dan hasil
belajar, kebiasaan atau sikapnya mendorongnya pada jenis aktivitas bermain
tertentu.
1
Membentuk Budi Pekerti Remaja
Pendidikan
jasmani berpotensi besar untuk membantuk budi pekerti anak-anak dan remaja.
Untuk itu perlu diketahui tingkat-tingkat perkembangan kepribadian anak dan
pendekatan terbaik untuk mencapai tujuan yang bernilai terssebut. Ada lima
tingkat yang dilalui oleh orang yang normal dalam pengembangan kepribadiannya.
- Tingkat
inpulsif, amoral.
Ini
adalah masa selama tahun-tahun pertama atau lebih, sejak seorang anak
dilahirkan, ketika anak mengikuti impulsnya sendiri tanapa perasaan moral.
- Tingkat
Egosentri
Periode
ini biasa dialami anak-anak umur 2-4 tahun. Cirri-cirinya adalah penguasaan
impuls untuk kepentingan membuat kesan yang baik dan proteksi diri dari cedera
fisik. Bagaimanapun masih ada perasaan “AKU” nya dengan fokus pada kesenangan
dan kenyamanan individual.
- Tingkat Komformitas
Dari
5-10 tahun terdapat periode dimana individu itu mencoba untuk menyesuaikan diri
terhadap pendidikan kelompok sosialnya.
- Tingkat
Kesadaran Irrasional
Tingkat
ini adalah masa ketika contoh dan orang tua menjadi dominant sebagai cirri anak
yang normal. Sejimlah orang dewasa menerusak tingkat ini. Periode ini
bercirikan perasan yang kuat bahwa budi npekerti orang tua, benar atau salah,
merupakan satu-satunya ynag harus diikuti.
- Tingkat
Kesadaran Rasional
Tingkat
ini adalah tingkat tertinggi dari perkembangan budi pekerti. Individual
menggunakan pikiran dan pengalamannya untuk tingkah lakunya, dan terus menerus
mencoba melihat berbagai jalan dan cara yang terbuka untuk bertingkah laku
serta konsekuensi-konsekuensi dari tiap jalan yang di tempuh. Sejumlah Adolesen
mencapai tingkat ini, namun sejumlah orang dewasa tidak mampu memasukinya.
Guru
pendidikan jasmani harus memperhatikan berbagai tingkah ini baik pada anak
laki-laki, perempuan dan orang-orang dewasa yang berhubingan dengannya serta
terus menerus mengembangkan tingkat tertinggi dari budi pekerti. Dengan
meningkatkan kelima tingkatan tdi terdapat empat pendekatan untuk pembantukan
budi pekerti anak-anak dan remaja yang paling efektif.
- Preception/Persepsi
Metode
ini didasarkan pada pendapat bahwa jika anak muda tahu apa yang benar, dia akan
berbuat demikian. Terdapat kesepakatan umum bahwa pemahaman yang jelas tentang
apa yang baik dan benar merupakan pengetahuan yang penting untuk di
komunikasikan. Namun demikian, supaya efektif perlu didaampingi oleh
pendekatan-pendekatan yang lain. Penting sekali dalam pendidikan jasmani bahwa
anak remaja mengerti dengan jelas apa yang disebut budi pekerti yang baik did
lam kelas, didalam pertandingan, di luar pengawasan orang tua dan
didalambebagai situasi lainya. Jangan dilepskan dalam pemikirannya, apa yang
baik, dalam situasi apapun.
- Studi
Kehidupan dari Laki-laki dan Wanita
Anak-anak
muda sangat terkesan oleh pemimpin-pemimpin besar. Kehidupan pahlawan-pahlawan
nasional umpamanya membangkitkan inspirasi untuk meningkatkan budi pekerti yang
tinggi. Pendekatan ini dapat efektif bila ada bacaan dan dramatisasi dari
peristiwa-peristiwa penting yang diambil dari kehidupan orang-orang besar.
Pengalaman-pengalaman demikian akan berdampak pada budi pekerti anak-anak muda.
- Belajar
Berbuat dengan Melakukannya
Pendekatan
yang paling efektif adalah mempengaruhi anak alaki-laki dan perempuan dalam
pembantekuan budi pekerti ketika mereka berpartisipasi dalam aktivitas sekolah
mereka harus melihat apa yang benar dan
apa ayang salah serta apa yang baik dan apa yang buruk. Banyak sekali momentum
yang dapat dimanfaatkan setiap hari dalam aktivitas kesiswaan, olahraga dan
pelajaran pendidikan jasmani untuk memperkuat elemen-elemen budi pekerti.
1
Menhadapi Tantangan Jaman
Ketegangan
ketidakpastian, rendahnya moral, ikatan keluarga yang rapuh, kompetisi,
materialism dan meningkatkan waktu luang adalah beberapa cirri dari jaman yang
harus dikaji lebih mantap oleh setiap orang terutama guru pendidikan jasmani.
Apabila masalah Adolesen hendak diecahkan. Setiap sumber haus dimobilisir untuk
menciptakan lingkungan sehat yang menyeluruh. Untuk memecahkan masalah remaja
penting sekali mengenal Adolesen selama berbagi tingkat prkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial. Penting diketahui pengaruh-pengaruh terhadap
kepribadian. Sangat esensial untuk memahami dengan jelas implikasi dari
kebutuhan Adolesen an kekuatan-kekuatan lingkungannya. Pengetahuan ini perlu
untuk para administrator, guru dan termasuk guru pendidikan jasmani. Perlu
diketahui pendekatan-pendekatan yang paling efektif dalam pembentukan budi
pekerti. Jika kita mengetahui hal-hal tersebut secara lengkap kita akan lebih
siap untuk memecahkan beberapa dari masalah adolesen tersebut.
Pendidikan
jasmani dapat membantu meletakan dasar yang baik dari keterampilan bagi setiap
anak. Tahun belajar keterampilan adalah tahun sekolah. Jika program yang
memadai diberikan pada setiap tingkat pendidikan anak akan tumbuh menjadi
dewasa yang tergolang dalam dalam merupakan kecemasan, ketakutan, saingan,
materi, rasa iri, kebencian setidaknya untuk masa yang singkat dengan ikut
serta untuk aktivitas yang menarik hatinya.
Pendidikan
jasmani dapat membantu dengan menekan semangat dan budi pekerti yang tinggi
sportivitas, menghormati hak orang lain, demokratik dan bergaul secara serasi,
seimbang dan selaras.
Sosiologi
tergantung pada pendidikan untuk membantu mengembangkan kebahagiaan, toleransi,
kemauan baik dalam kehidupan sosial. Pendidikan mempunyai peranan yang penting
dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Fungsinya ialah meningkatkan
masyarakat. Pendidikan jasmani sebagai bagian dari proses pendidikan
keseluruhan dapat membantu mencapai tujuan ini.
Pendidikan
jasmani adalah pengalaman sosial. Melalui aktivitas fisik dapat dibuat kemajuan
yang besar dalam mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Kenakalan remaja,
prasangka ras, intoleransi dan deskriminasi dapat diredakan. Pendidikan jasmani
dapat membantu kehidupan kelompok yang lebih kohesif dan lebih kooperatif.
Akhirnya pendidikan jasmani dapat membantu maningkatkan duni yang damai dan
bahagia dengan menamakan semangat fair play kepada setiap anak, membantu dalam
mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani individual mengembangkan
pemahamahan dari pemanfaatan waktu luang, menamakan persamaan sosial, membantu
prosedur demokratik, meningkatkan kepercayaan pada nilai manusia dan
mengembangkan apresiasi terhadap hal-hal yang lebih sederhana sebagai lawan
penutupan materi dan kekayaan.
PSIKOLOGI
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
A.Sejarah Psikologi
Sebagai
bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang.
Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879, yang dipandang
sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.Psikologi sendiri sebenarnya telah dikenal sejak jaman
Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup ( levens beginsel).
Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala
kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk
hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan
perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua
Amerika.
B.
Psikologi Olahraga
Psikolagi
Olahraga mempelajari prilaku manusia dalam situasi olahraga. Dalam lingkup
kajian olahraga, psikologi terutama membahas dua aspek : Pertama, belajar
ketangkasan dan unjuk laku gerak yang bisa dikenal dalam dunia pendidikan
jasmani dan olahraga, dan kedua, Aspek psikologi olahraga. Kajian mencakup
factor psikologi yang mempengaruhi belajar dan unjuk laku ketangkasan fisik dan
bagaimana seseorang di pengaruhi faktor-faktor internal maupuneksternal. Ia
mencakup kajian bagaimana mempelajari ketangkasan fisik (didaktik olahraga atau
“motor learning”). Ia mencakup pola masalah efektivitas berbagai rangsang
terhadap unjuk laku dari ketangkasan-ketangkasan tersebut (Psikologi Olahraga).
Ia mempelajari efektifitas terhadap unjuk laku dari motivasi, dorongan,
kegelisahan, pribadi dan sosial serta faktor-faktor lainnya.
Psikologi
olahraga adalah bidang yang banyak menarik perhatian dan pada tahun 70-an
banyak psikolog yang terlibat aktif dengan para atlet dan tim olahraga. Di
Eropa Timur psikologi olahraga telah berperan penting dalam mempersiapkan
olahragawan tingkat tinggi. Demikian pula lah kiranya di waktu yang akan
dating. Para pelatih, guru dan orang tua semakin
berkepentingan, tidak hanya dalam mempersiapkan atlit tingkat tinggi tetapi
juga dlam melindungi para atlit bagi kesehatan psikologi dan emosional karena
tingkat stress yang tinggi di lapangan pertandingan.
Organisasi
psikologi internasional didirikan di kongresnya yang pertama dilakukan di Roma
tahun 1965. psikologi olahraga mempelajari hakekat ketangkasan gerak, unjuk
laku dari belajar bergerak serta cirri-ciri psikologi dari prilaku.
Faktor-faktor yang mempelajari adalah ahal-hal yang mempengaruhi unjuk laku
fisik seperti motivasi, distribusi, latihan dan asas kekhususan-kekhususan.
Perbedaan dalam faktor-faktor situasi belajar atau situasi latihan terutama
karena tingkat ketangkasan dan intensitas pelaku karena faktor-faktor dasar dan
asas-asanya sama.
Beberapa
ahli psikologi olahraga memperdebatkan masalah arah dalam riset psikologi,
terutama dalam metode. Ada
yang menekankan pada riset “lapangan” yakni penelitian yang mempelajari unjuk
laku di tempat kejadian, di lapangan olahraga, dan bukan riset tradisional di
laboratorium. Di masa yang lalu banyak riset dilakukan baik dengan individu
atau kelompok dalam situasi laboratorium, suatu situasi yang biasa di obsrvasi
dengan cermat. Sekarang survey dan observasi lapangan lebih banak dipergunakan.
Tes
yang sudah dibakukan banyak di pakai untuk mempelajari kepribadian. Masalah
ynag pelik dalam psikologi olahraga adalah rumitnya prilaku manusia. Banyak
sekali faktor yang mempengaruhi suatu situasi hingga tidak mungkin menentukan
bagaimana mengubah faktor untuk dapat meningkatkan atau menekan suatu elemen
unjuk laku.
Masih
banyak sekali tugas yang harus dikerjakan psikologi olahraga baik di lapangan
maupun di laboratorium. Berlatih, atlet dan tim akan banyak latihan memberi
masukan dan kerjasama dalam penelitian, memonitor program latihan yang
dilakukan ; mengintreperensi dan mengerjakan apa yang sudah dimiliki kepada
para pelatih dan guru-guru olahraga.
- Perkembangan motorik dan didaktik olahraga
Bidang ini
mempelajari perkembangan, ketangkasan dan unjuk fisik seseorang. Dua aspek
perlu di pelajari. Ykani perkembangan motorik yang berkaitan dengan kemampuan
fisik dan peningkatan ketangkasan terutama karena pendewasaan, sedangkan
didaktik gerak berkaitan dengan peningkatan sebagai hasil dari terutam,a sekali
latihan pengalaman.
Perkembangan
motorik dan didaktik motorik adalah cabang dari psikologi olahraga dengan
perkembangan selanjutnya yang menunjukan kemandirian. Bidang prilaku motorik,
perkembangan motorik dan didaktik motorik cakupannya luas sekali dengan sejarah
yang panjang dari psikologi, melalui kajian yang bermula dengan psikologi
nelajar pada umumnya, yang tidak mesti belajar motorik. Psikologi olahraga
terutama berurusan dengan ketangkasan gerak khususnya dalam dunia olahraga.
Masalah utama dari perkembangan dan didaktik motorik adalah :
- Bagi perkembangan motorik
1)
Bakat dan pengaruh lingkungan dalam perkembangan
motorik;
2)
Hubungan antara usia, sex dan perkembangan motorik;
3)
Perkembangan ketangkasan motorik dasar. Apakah
fase-fsae yang dilalui bila belajar suatu ketangkasan motorik ?
4)
Perkembangan motorik perceptual.Apakah peran daya
koordinasi ?
5)
Intelegansi dan unjuk laku motorik.
6)
Pross kognitif dan unjuk laku motorik.
7)
Kesegaran jasmani dan anak-anak.
8)
Perkembangan olahraga remaja.
- Didaktik olahraga
1)
Fase-fase tingkat belajar.
2)
Ingatan dan unjuk laku motorik
3)
Penguasaan gerak.
4)
Pengetahuan tentang keberhasilan.
5)
Kondisi-kondisi dan latihan.
Metode
Riset dalam Didaktik geak menjadi semakin kompleks. Semula pada tahun 70-an
riset didaktik gerak masih merupakan riset psikologi eksperimental. Menjelang
1980 dan sesudah itu teori-teori yang lebih terarah dengan masalah-masalah
riset yang lebih tajam, eksperimen-eksperimen dilakukan berdasarkan pada metode
psikologi syaraf, prilaku (behavioral neurophysiology).
- Praktek pelatih dan pengajar
Termasuk
dalam didaktik olahraga adalah bagan pelajaran dan keterampilan pengajar. Bagan
pelajaran adalah pola keseluruhan tiap pelajaran yang diberikan palatih atau
guru pada saat menyakinkan pelajaranannya. Termasuk olokasi waktu bagi tiap
bagian pelajaran tersebut.
- Teori Psikologi belajar dalam pendidikan
jasmani
Teori
“Trial and error” atau teori coba-coba menyatakan bahwa keterampilan akan
dikuasai setelah beberapa waktu melakukan latihan. Selama latihan akan
terbentuk jalur dalam system syaraf yang mengalirkan rangsang atau aktivitas
otot sebagai mestinya. Jika seseorang mencoba untuk pertama kali mempelajari
suatu keterampilan, gerakannya akan menjadi lebih lancer dan ritmik serta
dengan pengeluaran energi yang lebih efisien. Selain itu keberhasilan akan
memberikan kepuasan dan kesenangan. Jadi memperoleh keterampilan merupakan
masalah coba-coba atau “trial and error”. Melalui latihan seseorang dapat
menyingkirkan kesalahan-kesalahan dan akhirnya akan diperoleh unjuk laku yang
lebih baik.
Teori
kondisi mengemukakan bahwa belajar adalah hasil dari kondisi belajar, bukan
pembentukan jalur dalam system syaraf. Seseorang bereaksi dengan cara tertentu
karena pengaruh rangsang tertentu. Jika rangsang tertentu diberikan pada
organisme, reaksi yang terkait dengan rangsang tersebut akan muncul. Berbagai
reaksi akan terbentuk melalui pengalaman atau melalui proses kondisi situasi
tertentu yang terkandung didalamnya.
Teori
lainnya yang mempengaruhi pendidikan jasmani adalah teori metode keseluruhan.
Teori ini didasari oleh pendapat bahwa seseorang bereaksi terhadap situasi
secara keseluruhan. Seseorang, secara keseluruhan berusaha mencapai tujuan.
Semakin tinggi kesadaran atau pemahaman seseorang akan tujuan yang hendak
dicapainya, umpamanya saja seperti menembak bola basket atau mengumpan bola
voli, semakin tinggi pula derajat ketangkasannya dalam aktivitas tersebut.
Seseorang akan bereaksi berbeda-beda setiap kali dia bereaksi. Karena itu
masalahnya bukan hanya sekedar latihan jika ia berbuat yang sama setiap kali. Sebaliknya,
pemahaman yang lebih baik dari keseluruhan aktivitas akan mengakibatkan
keterampilan yang lebih baik pula. Individu berbuat aktivitas secara
keseluruhan hingga ia memperoleh pemahaman dari situasi atau memperoleh ‘rasa’
atau penghayatan dari padanya.
Teori-teori
tersebut kelihatannya bertentangan yang satu dengan lainnya. Mana yang paling
benar lebih baik diserahkan pada orang psikologi untuk membahasnya. Guru
pendidikan jasmani hendaknya mengetaui bahwa sekedar latihan saja tidaklah
cukup, akan tetapi latihan yang baik akan memberikan pengertian kepada para
siswa gagasan yang lebih baik termasuk tujuan keterampilan yang dapat
dicapainya. Selama latihan guru hendaknya memberikan bantuan terus menerus agar
siswa menguasai setiap fase dari keterampilan atau aktivitasnya.
- Hukum-hukum Belajar
Psikologi
terus berkembang dan karenanya banyak sekali pandangan-pandangan antara yang
satu dengan yang lainnya karena demikian, maka hokum-hukum belajar yang
didasarkan atas asas psikologi jangan dipandang sebagai sesuatu yang baku . Meskipun begitu para
guru pendidikan jasmani perlu memberikan perhatiannya dalam upaya mencapai cara
yang paling efektif dan efisien dalam membelajarkan para siswanya.
a.
Hukum kesiagaan
Hukum
kesiagaan artinya bahwa individu akan belajar secara cepat dan efektif apabila
ia telah “siaga” atau siap, yakni jika ia telah matang dan jika telah ada
kebutuhan untuk itu. Belajar akan lancer jika bahan ajaran yang disajikan cocok
dengan kebutuhan individu. Hukum ini berlaku pula sebaliknya, ia akan
mengganggu dan tidak menarik untuk di kerjakan jika individu belum siap.
Semakin indivudu itu matang mendekati titik kesiagaan, semakin memuaskan pula
aktivitas yang dilakukan. Dalam aktivitas pendidikan jasmani guru harus
mengetahui apakah anak telah telah siap sehubungan dengan kemampuan indra dan
geraknya dan dalam hal-hal tertentu dengan kekutan otot-ototnya.
Banyak
sekali para pendidik jasmani yang
berpendapat bahwa pertandingan antar sekolah tidak dimasukan dalam acaa
pendidikan jasmani sekolah dasar. Anak-anak baik mental, emosional dan fisik
belum cukup siap untuk mengalami hal semacam itu. Selain itu terdapat pula
kesepakan bahwa aktivitas keterampilan otot-otot harus tidak perlu menonjol
bagi anak-anak. Sebaliknya, program sebagian besar hendaknya berisikan
aktivitas otot-otot besar.
Hokum
kesiagaan dalam mempelajari keterampilan memiliki implikasi-implikasinya.
Seorang yang telah dewasa akan lebih sulit belajar naik sepeda, melempar bola
dan kinerja aktivitas fisik lainnya, jika tidak ia kembangkan pada masa muda.
Selama masa remaja keerampilan-keterampilan dan system syaraf serta ototnya
berkembang pada suatu keadaan yang memungkinkan belajar secara efektif dan
ekonomi. Guru pendidikan jasmani pada kesempatan ini seharusnya mengajarkan
berbagai variasi keterampilan sebanyak-banyaknya. Dengan begitu mereka akan
memiliki dasar yang kuat yang akan mereka nikmati kelak jika mereka telah
dewasa dan dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan fisik yang
menyenangkan.
b.
Hukum latihan
Hukum
latihan menyatakan bahwa latihan akan memperbaiki koordinasi, memperbaiki irama
gerak, mengurangi pemakaian energi, lebih terampil dan membuat kerja yang lebih
baik. Sebagai akibat latihan, jalur antara situasi dan tindakan akan lebih baik
dan lebih permanent.
Dalam
banyak hal hokum belajar ini mempunyai persamaan dengan hokum dari penggunaan
dan non-penggunaan. Sebagai akibat dari latihan terus menerus kekuatan akan
meningkat, dan sebaiknya tiadanya latihan akan menimbulkan kelemahan. Agar
diperoleh keterampilan dalam olahraga seseorang harus berlatih. Meskipun
demkian perlu di ingat, bahwa latihan tidak menjamin. Latihan harus mempunyai
makna, dengan memperhatikan setiap bagian dari situasi. Maka akan memperoleh
kemajuan kea rah tujuan, yakni keterampilan yang hendak dikuasai.
c.
Hukum pengaruh
Hukum
pengaruh menunjukan bahwa pengalaman yang menyenagkan dan meluaskan akan lebih
mendorong seseorang untuk mengulang lagi
daripada yang tidak menyenangkan. Pengalaman yang tidak memuaskan, seseorang
akan menggantinya dengan yang lebih menyenangkan.
Hukum
belajar ini bagi pendidikan jasmani berarti bahwa setiap usaha harus dibuat
agar setiap orang merasa berhasil dan mengalami kesenangan dan kepuasan. Kepemimpinan
peran penting. Dengan kepemimpinan teertentu hal-hal biasa jadi menarik.
- Faktorr-faktor yang memudahkan belajar
Sebagai
hasil penelitian dan percobaan para psikolog beberapa asas diantaranya adalah
sebagai berikut :
a.
Tujuan Kegiatan
Siswa
hendaknya mengetahui tujuan dari kegiatan belajarnya. Pelajar selalu lebih
mudah jika tujuannya jelas pemahaman akan gerakan yang dipelajarai harus banyak
ditekankan. Siswa harus memiliki gambaran yang jelas dari bentuk dan bangunan
kinerja yang baik.
b.
Faktor-faktor sebagai syarat belajar gerak
Untuk
belajar gerak diperlukan sejumlah syarat, yakni faktor-faktor berupa kekuatan
otot, kelentukan, agilitas, konsentrasi, ketajaman penglihatan, pandangan
sekitar serta pemahaman tentang mekanika dari aktivitas dan faktor
tantangannya.
c.
Lama latihan dan distribusinya
Lama
latihan dan distribusinya adalah hal-hal yang penting dalam efektivitas
belajar. Kelelahan akan menghambat kecepatan dan ketajaman belajar. Jika
pelajaran menarik minat, latihan dapat di perpanjang. Pendekatan semacam ini
merupakan pendekatan yang paling tepat dalam pendidikan jasmani.
d.
Kurva belajar
Guru
pendidikan jasmani harus menguasai belajar siswa-siswanya secara individual.
Kurva belajar tergantung pada materi pelajaran, situasi belajar dan pada masing-masing
siswa. Banyak sekali terjadi bahwa belajar semakin lambat setelah beberapa
lama. Dalam pendidikan jasmani hal ini mungkin karenapelajaran dimulai dengan
mudah dan apabila kemudian semakin sukar kecepatan belajar menjadi berkurang.
Periode terhentinya peningkatan kemajuan belajar disebut dataran (dar Plato =
Dataran tinggi dari kurva) hal tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab
seperti hilangnya minat belajar. Perhatikan pula kemungkinan adanya hambatan
karena kelainan fisik, pandangan mata yang kurang baik, kelelahan atau kurang
kuatnya otot. Meskipun demikian batas fsiologi ini jarang sekali terdapat dan
biasanya adalah batas psikologik. Dengan teknik-teknik motivasi dan
membangkitkan minat siswa tujuan dapapt dicapai.
e.
Penyajian bahan ajar
Belajar
keterampilan akan lebih efektif apabila disajikan secara keseluruhan dan tidak
bagian per bagian. Dalam pendidikan jasmani metode keseluruhan lebih berhasil
apabila bahan ajar yang diberikan merupakan keterampilan yang terintenrasi dan
fungsional. Tiap bagian ini merupakan keseluruhan fungsional hingga dapat
diajarkan masing-masing tersendiri.
f.
Belajar sambil berbuat
Pendidikan
adalah fenomena pmbuatan jadi seseorang seharusnya belajar sambil berbuat.
Seseorang belajar dengan penyesuaian keadaan dirinya terhadap rangsang yang
dihadapi, yang berarti perlunya ulangan-ulangan tindakan. Ketepatan unjuk laku
hanya terjadi setelah terus berlatih, sementara perlu diperhatikan bahwa
latihan itu terarah akan diperoleh kemajuan.
g.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
sangat menentukan keberhasilan belajar. Karena perlu memotivasi agar anak
menyukai aktivitas fisik. Guru pendidikan jasmani harus berusaha agar anak
memperoleh gambaran yang jelas dari apa yang akan mereka lakukan. Bahan ajar
disajikan sesuai dengan tingkat pemahaman anak dengan memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual. Guru pendidikan jasmani mengerahkan segenap
kemampuannya untuk kemajuan anak didiknya.
h.
Kemajuan belajar
Guru
pendidikan jasmani dapapt menggunakancatatan-catatan seperti grafik dan
seringkali berkonsultsi dengan anak-anak untuk memanfaatkan asas psikologi ini.
i.
Kesesuaian bahan ajar
Bahan ajar
yang disajikan hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Hal ini
berakaitan erat dengan perkembangan psikologi. Kekuatan otot, daya tahan,
stabilitas emosi dan faktor-faktor lainnya perlu ditimbangkan dalam penetapan
perkembangan anak untuk menentukan aktivitas pendidikan jasmani.
j.
Pebedaan individu
Setiap
individu berlainan dengan individu lainnya. Perbedaan disebabkan karena
keturunan dan dapat pula terjadi karena lingkungan. Perbedaan intelegensi
mempunyai pengaruh terhadap proses berfikir. Hal-hal tersebut hanyalah sebagian
dari perbedaan-perbedaan yang mungkin ada. Ini berarti bahwa guru pendidikan
jasmani diperlukan lebih banyak lagi, karena adalah hal yang mustahil bila ia
harus memperhatikan individu jika kelaasnya terdiri atas 75 anak.
k.
Kematangan penguasann ketangkasan
Suatu
ketangkasan akan tetap dalam waktu lama dikuasai tergantung pada kematangan
penguasaannya. Keterampilan-keterampilan jasmani memerlukan pelatihan yanh
cukup agagr dikuasai secara memadai.
l.
Koreksi secara dini
Kesalahan-kesalahan
hendaknya secara dini waktu mulai belajar diperbaiki. Jika kesalahan sudah
menjadi kebiasaan, sukar sekali di betulkan.
m.
Bimbingan dan kemandirian
Siswa
harus semakin tidak tergatung pada petunjuk dan bimbingan guru. Pada permulaan,
bimbingan dan petunjuk sering diperlukan.ketika sudah menguasai hendaknya
dibiarkan berkembang. Tidak banyak petunjuk akan menimbulkan ketidakpedulian
anak.
C. Tujuan Utuh Pembalajaran Pendidikan Jasmani
Jika
seseorang anak belajar suatu keterampilan. Ia akan mendapatkan pengalaman yang
lebih banyak. Anak menganal keterampilan permainan pula peraturan-peraturan,
tatacara terampil bermain, sportifitas, toleransi, dan menghargai lawan. Dampak
ini sama pentingnya dengan aspek teknik keterampilan yang diajarkan guru
pendidikan jasmani.
Guru
pendidikan jasmani yang baik akan memperhatikan keseluruhan situasi belajar dan
bagaimana sikap anak terhadap keseluruhan situasi tersebut.
Guru
pendidikan jasmani tidak hanya berurusan keterampilan syaraf dan otot atau
perkembangan jasmani individu, akan tetapi juga bertanggung jawap terhadap
perkembangan mental, emosional dan sosial anak. Karean itu tujuan pelajaran
pendidikan jasmani dapat dibagi atas tujuan langsung berupa kemampuan fisik,
naik organic maupun motorik serta tujuan yang menyertainya yang secaraterbaru
dengan tujuan langsung menjadikannya tujuan pelajaran yang utuh, tujuan utuh
pendidikan jasmani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar