1.TITIK TEMU PENDIDIKAN
DAN PEMBANGUNAN
Imanuel Kant menyatakan, bahwa
manusia menjadi manusia karena pendidikan. Krena itu pendidikan termasuk upaya
memanusiakan manusia. Adapun hal di atas bisa di buktikan kebenarannya. Isabella
di Pensylpania Barat sejak lahir disembunyikan sampai ia diketemukan setelah
berumur enam setengah tahun, ternyata hanya bisa menangis. Mr. Singh di India
menemukan dua orang keturunan manusia di dalam gua sarang srigala. Kedua orang
itu di duga d asuh oleh serigala kaena tingkah laku dan kemampuannya tak
ubahnya dengan srigala. Begitu pula Caspar Hausara yang ditemukan juga tidak
menampakan tanda-tanda manusia remaja, malah persis rusa masuk kota.
Contoh-contoh tersebut menunjukan bahwa cirri-ciri manusiawi dalam arti
kemampuan jasmaniah dan rokhaniahnya tidak secra otomatis dimiliki oleh
seseorang. Kemampuan-kema puan manusia tersebut merupakan hasil belajar dan
didikan. Sekali lagi, manusia menjadi manusia karena upaya pendidikan.
Sejarah umat manusia juga
menunjukan,bahwa pendidikan selamanya mengabdi pada nilai-nilai agung dan luhur
pada bagi manusia dan kemanusiaan. Memang pada manusia terdapat kecenderungan
yang baik, mulia dan terpuji.Tetapi disamping itu juga terdapat kecenderungan yang tercela dan tidak
beradab. Dalam sepanjang sejarah manusia senantiasa terlihat penampilan tingkah
laku mulia dan terpuji disamping perbuatan tercela dan mungkar. Pendidikan
dalam sepanjang sejarahnya senantiasa mewakili cita-cita luhur manusia untuk
menjinakan kecenderungan-kecenderungan tercela yang menghidup suburkan
kecenderungan-kecenderunga terpuji. Komisi internasional pengembangan
pendidikan yang dipimpin oleh Edgar Faure menyebutkan dalam laporannya,bahwa
upaya pendidikan sepanjang masa senantiasa membawa tugas suci dan mulia bagi
manusia dan kemanusiaan.
Dalam hasanah ilmu pendidikan
disebutkan,bahwa tugas mulia pendidikan terletak pada upaya mengembangkan
aspek-aspek pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun yang rokhaniah.
Pengembangan tersebut tidak terlepas dari kenyataan diri dan lingkungan
seseorang. Karena itu upaya pendidikan pada akhirnya diharapkan menampakkan
diri dalam bentuk terwujudnya pribadi yang sesuai dengan kenyataan diri dan
lingkungan seseorang. Ini berarti, bahwa upaya pendidikan senantiasa mengabdi
kepada kepentingan subyek yang dididik dan juga untuk kepentingan
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial budayanya.Dengan kata
lain,upaya pendidikan bertujuan untuk terbentuknya manusia yang mampu, baik
yang jasmaniah maupun rokhaniah menyesuaikan diri secara aktif di dalam hidup
dan kehidupannya. Perlu diketahui, bahwa hidup dan kehidupan seseorang tidak
berada dalam keterpisahan dengan lingkungan alam dan sosial budayannya. Dengan
demikian hakekat pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia,dan membudayakan
manusia, sehingga mampu mencipta,berkarya,membudi dan membaik bagi kehidupan
ekosferisnya (kebulatan diri dan lingkungan).
Sedangkan istilah pembangunan sering
diartikan pembangunan ekonomi dan industrialisasi.Pengertian yang demikian itu
karena memang sebagian besar
Negara-negara di dunia memusatkan diri pada pembangunan ekonomi dan
industrialisasi dianggap sebagai kuda pacuan yang dapat diandalkan lari
secepatnya di dalam mencapai tujuan ekonomi itu sendiri.Karena itu pembangunan
ekonomi dan industrialisasi sebenarnya merupakan kebijakan kekinian dan
kedinian dari pembangunan.Sedangkan pembangunan itu sendiri adalah upaya-upaya
dari suatu masyarakat, bangsa atau negara dalam menyesuaikan diri terhadap
tantangan-tantangan masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang dihadapinya. Tantangan
dan masalah kebutuhan tersebut bisa terjadi menyangkut banyak bidang kehidupan
seperti ekonomi, kesehatan, pertahanan keamanan, dan sebagainya. Dengan
demikian, makna pembangunan tidak terbatas pada pembangunan ekonomidan
industrialisasi. Tetapi meliputi upaya-upaya yang beragam dan sesuai dengan
keaneka ragaman masalah-masalah dan rintangan-rintangan kebutuhan sesuatu
masyarakat.
Pembangunan ekonomi dan
industrialisasi memang dipandang sebagai obat mujarab khususnya oleh
negara-negara dunia ketiga. Karena itu lazim penilaian terhadap hasil
pembangunan diletakkan pada kenaikan indikator-indikator ekonomi dan kelanjutan
proses industrialisai itu sendiri. Itu wajar apabila pembangunan itu memang dipusatkan
pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi. Industrialisasi dan kenaikan
indikator-indikator ekonomi seperti GNP, laju eksport, import dan sebagainya
memang diharapkan memberikan hasil balik dalam bentuk kehidupan masyarakat luas
yang lebih layak. Tetapi hal itu tidak terjadi dengan sendirinya. Sebab ada
kemungkinan laju pertumbuhan ekonomi
tidak diikuti oleh penyebaran yang merata, sehingga menyebabkan
timbulnya persoalan-persoalan baru seperti meluasnya pengangguran, kemiskinan
dan pada akhirnya dapat melahirkan kegoncangan-kegoncangan sosial yang
mengerikan. Hal ini dirasakan di Pakistan beberapa tahun terakhir ini yang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, tetapi akhirnya nmenimbulkan
kegoncangan sosial politik akibat dari meluasnya kesengsaraan di sebagian
masyarakat. Di Malaysia hal itu juga sudah mulai dirasakan oleh
pemimpin-pemimpin negeri tersebut, sehingga tahun 1971-1975 usaha
pembangunannya dititik beratkan pada menaiknya mutu hidup orang seorang secara
lebih merata.Sebab dimalaysia sendiri juga mengalami kelanjutan pertumbuhan
ekonomi yang pesat, tetapi toh barisan pengangguran semakin panjang. Pengalaman
Venezuela yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi sampai delapan persen antara
tahun 1950-1960, tetapi juga angka pengangguran dan kesengsaraan masyarakat
semakin tinggi. Dalam hubungan ini Prof.Myrdal seorang ekonom Swedia
mengingatkan, kuda pacuan industrialisasi yang digunakan di Negara-negara Asia
untuk mempercepat pembangunan ekonomi tidak akan dapat secara langsung dan
dengan sendirinya memperbaiki masalah kesempatan kerja, pengangguran dan
masalah kemelaratan rakyat.
Pengalaman beberapa Negara seperti
yang tersebut di atas memberikan arti,bahwa esensi usaha pembangunan tidak
terletak pada terwujudnya industrialisasi dan lajunya pertumbuhan ekonomi dalam
skala nasional atau regional. Tetapi pada terbatasinya masalah dan terpenuhinya
hajat hidup baik biologis maupun rokhaniah dari masyarakat luas. Ini berarti,
bahwa usaha pembangunan bertitik pangkal pada kepentingan manusia,karena itu
hasil akhirnya pun diukur berdasarkan indeks kenaikan perbaikan mutu hidup
manusia-manusianya.
Uraian diatas mempertegas, bahwa
titi temu pendidikan dan pembangunan terletak pada unsur manusianya. Pendidikan
menekankan aktualisasi modal kedirian manusia guna memanusia dan membudaya bagi
diri dan lingkungannya. Sedangkan pembangunan menekankan manipulasi
sumber-sumber yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia guna terpenuhinya
hajat hidup manusia itu sendiri. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa
pendidikan adalah akhtiar ke dalam diri manusia dan pembangunan merupakan
ikhtiar ke luar guna mencapai hidup yang baik dari manusia itu sendiri.. Dengan
demikian, pada analisa terakhirnya pendidikan dan pembangunan tertumpu pada
hajt hidup manusia yang senantiasa ingin terangkat harkat dan martabatnya.
Karena itu, baik pendidikan maupun pembangunan dituntut untuk dapat menaikan
mutu hidup manusia sebagai manusia dan sebagai makhluk budaya. Singkatnya,
pendidikan dan pembangunan semata-mata merupakan harapan manusia untuk dapat
memperbaiki hidup dan kehidupan manusia dalam konteksi ekosferisnya. Keduanya
sebagai harapan untuk tujuan akhir yang yang sama pula. Karenanya upaya
pendidikan dan pembangunan perlu berjalan seiring, saling tunjang menunjang dan
saling memberikan input.
2.SUMBANGAN PENDIDIKAN
TERHADAP PEMBANGUNAN
Kita tidak bisa memungkirinya bahwa
sumbangan pendidikan pada pembangunan sangatlah besar, meskipun hasilnya tidak
bisa kita lihat dengan segera. Tapi ada jarak penantian yang cukup lama antara
proses dimulainya usaha dengan hasil yang ingin dicapai.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat
dilihat dari berbagai segi, diantaranya :
1) Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan
adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra
manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2) Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi
ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem.
Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan
formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem
pendidikan prajabatan dan dalam jabatan.
3) Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang
pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pendidikan lanjutan,
menengah, dan pendidikan tinggi.
4) Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan
kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik,
keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan
l;ain-lain.
Penyesuaian diri terhadap
masalah-masalah dan tuntutan hidup merupakan ciri abadi perjuangan hidup
sepanjang sejarah perjuangan umat manusia. Untuk penyesuaian tersebut
diperlukan bekal kemampuan baik jasmaniah maupun rokhaniah. Pemberian bekal
kemampuan jasmaniah dan rokhaniah guna menyesuaikan diri yang berhasil bagi
kepentingan hidup dan kehidupan manusia merupakan esensi dari upay pendidikan.
Hidup dan kehidupan manusia
selamanya tidak terlepas dari sumbangan yang diberikan oleh pendidikan. Memang
tanpa makan dan bernafas, manusia tidak mampu bertahan di dalam hidup dan
kehidupannya. Tetapi hidup dan kehidupan yang berhasil sesuai dengan
nilai-nilai manusiawi bagi diri dan lingkungan seseorang mutlak memerlukan
bekal kemampuan jasmaniah dan rokhaniah dari manusia itu sendiri. Manusia purba
yang mempunyai kemampuan jasmaniah dan rokhaniah sesuai dengan jamannya tentu
akan kebingungan menyesuaikan diri dengan masalah dan tuntutan hidup jaman
modern ini. Seorang pegunungan yang mengembara ke kota tanpa bekal kemampuan
jasmaniah dan rokhaniah yang cocok dengan masalah, tuntutan hidup kota tentu
akan memperpanjang barisan pengemis atau penganggur. Dengan demikian,
pendidikan seperti halnya makan dan bernafas merupakan bekal mutlak di dalam
hidup anak cucu adam.
Kemampuan jasmaniah dan rokhaniah
manusia di bentuk oleh pendidikan dengan pemberian pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai serta sikap-sikap tertentu. Proses transformasi tersebut
berlangsung secara formal, non-formal dan informal. Dalam hubungan ini, perlu
diketahui bahwa wawasan kehidupan yang merupakan sumber motivasi bagi cara-cara
hidup, penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan-kecakapan teknis
umat manusia dewasa ini merupakan buah dari upaya pendidikan baik yang secara
formal, non formal maupun informal. Dengan demikian pendidikan dalam maknanya
yang luas senantiasa menstimulir dan menyertai perubahan-perubahan dan
perkembangan umat manusia. Sekali lagi upaya pendidikan senantiasa mengantar
dan membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.
Sedangkan usaha pembangunan itu
sendiri selamanya merupakan ikhtisar untuk menjawab tantangan masalah dan hajat
hidup sesuatu masyarakat atau bangsa. Pembangunan yang dimaksud dapat menjelma
sebnyak dan seluas segi kehidupan manusia itu sendiri seperti bidang-bidang :
ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan dan sebagainya. Untuk
Indonesia pembngunan meliputi keempat bidang tersebut di atas.
Pembngunan ekonomi, sosial budaya,
pol,itik dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak
memerlukan keikutsrtaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam
setiap faset dan prosespembngunan. Sebab pada setiap faset dan proses
pembngunan menurut Dr. Gooding memerlukan sense of civic consiousness and
community responsibility among the people. Di samping itu diperlukan
konformitas dan partisipasi yang penuh dari masyarakat luas terhadap
usaha-usaha pembangunan. Soal penuh atau tidaknya partisipasi masyarakat di
dalam usaha pembngunan di pengaruhi oleh akumulasi pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat. Jelas,
bahwa civic conciousness, community responsibility, konformitas dam
pasrtisipasi yang penuh dari masyarakat luas terhadap usaha-usaha pembngunan
merupakan bidang tugas pendidikan.
Negara-negara di dunia merasa ngeri
menyaksikan keretakan persatuan dan kesatuan bangsa seperti yang pernah terjadi
di India, Pakistan, Nigeria, Kongo, Cyprus, Angola dan sebagainya. Sekarang ini
juga masih berlangsung keretakan-keretakan persatuan nasioanal seperti di
Libanon, Kamboja, Iran, Afganistan, da sebagainya. Ketegangan-ketegangan sosial
atau disintegrasi bangsa tersebut tidak terlepas dari menipis atau
menghilangnya rasa civic conciousness pada kalangan rakyat negara-negara yang
bersangkutan. Dalam hubungan ini upaya pendidikan mempunyai tugas dan kewajiban
untuk memikul misi nasional yaitu untuk menstimulir dan menyertai gerak sejarah
bangsa atau Negara agar setiap warga Negara memiliki jiwa dan semangat
sebangsa, senegara dan setanah air. Dengan demikian pembangunan pertahanan dan
keamanan nasional juga tidak terlepas dari upaya pendidikan.
Stimulasi dan penyertaan upaya
pendidikan terhadap usaha pembngunan di bidang-bidang seperti ekonomi, politik
dan sosial budaya juga jelas diperlukan serta diharapkan Dr.E.N.M.Gooding
melaporkan, bahwa stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan pada masyarakat
yang sedang membangun ternyata memberikan hasil yang memuaskan di dalam
mengatasi persoalan-persoalan dan hajat hidup masyarakat baik di bidang
perbaikan system politik, sosial ekonomi dan sosial budaya. Banyak
contoh-contoh kongkrit yang ditunjukan oleh Dr. Gooding, seperti di Negara
bagian Caribes Amerika Serikat, Nova Scotia Canada, daerah Trinidad, Jamaika
India,Ghana, Nigeria, dan Puerto Rico. Dalam hubungan ini Harbison dan Myers
menyatakan, bahwa pendidikan mempunyai sumbangan penting bagi pembangunan
ekonomi, politik dan sosial budaya. Menurut kedua ahli tersebut, pendidikan
berarti pengenbangan unsur manusia dengan menambah pengetahuan, kecerdsan dan
kesanggupan-kesanggupan dari seluruh rakyat dalam suatu dalam suatu masyarakat.
Dilihat dari kacamata pembangunan ekonomi, hal terssebut berarti akumulasi dari
modal manusia yang investmentya dapat digunakan secara efektif untuk
perkembangan ekonomi. Dalam hubungannya dengan pembangunan politik, sehingga
menyadari hak-hak dan kewajiban masing-masing di dalam kehidupan demokrasi.
Dipandang dari sudut sosial dan budaya, pendidikan dapat diharapkan bantuannya
untuk membimbing rakyat, mengasuh rakyat dan memberikan bantuan pada rakyat,
agar lebih smpurna dan kaya secara rohaniah.
Makato Aso dan Ikuo Amono
menjelaskan, bahwa pembaharuan yang menyeluruh di Jepang adalah karena
investasi pendidikan. John Vaizey juga menjelaskan, bahwa kemajuan Jerman
setelah perang dunia II adalah berkat investasi system pendidikan. Akhirnya
laporan komisi internasional pengembangan pendidikan menyebutkan, bahwa :
For all those who want to make the
world as it is to day btter place, and to prepare for the future, education is
a capital, universal subject. (Bagi mereka yang ingin membuat dunia pada dewasa
ini menjadi lebih baik dan untuk memersiapkan diri menghadapi masa depan,
pendidikan adalah suatu factor universal yang mutlak perlu).
Uraian-uaraian di atas menjelaskan
beberapa gambaran umum mengenai sumbangan pendidikan bagi kehidupan dan
pembangunan. Di Indonesia, dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, sumbangan
pendidikan diharapkan untuk :
1) Pembinaan
mental Pancasila,
2) Pembinaan
persatuan dan kesatuan bangsa,
3) Pembinaan
ketahanan nasional,
4) Pembinaan
hak-hak asasi manusia,
5) Pembinaan
rule of law, yaitu berbuat atas dasar hokum yang berlaku,
6) Pembinaan
hidup rasional, efisien dan produaktif serta
7) Pembinaan
ilmu pengetahuan dan teknologi
Ketujuh
perincian di atas merupakan tonggak-tonggak yang diperlukan guna kegairahan,
solidaritas nasional, partisipasi, tanggung jawap dan kecepatan bangsa di dalam
gerak pembangunan.
3. PENDIDIKAN YANG
RELEVAN DENGAN PEMBANGUNAN
Relevan dengan pembangunan, berarti
mempunyai tingkat keterhubungan yang tinggi antara bekal pendidikan yang di
berikan pada seseorang atau sesutau masyrakat atau bangsa. Masalah-masalah dan
hajat hidup sesuatu masyarakat atau bangas berbeda-beda pada :
1) Periode
yang satu dengan priode lainnya,
2) Kelompok
masyarakat di tempat yang satu dengan tempat lainnya, dan
3) Seseorang
yang satu dengan lainnya.
Ini
berarti, bahwa pendidikan yang relevan dengan pembangunan dituntut untuk
mengabdi pada kepentingan nasional, regional, lokal sampai pada kelompok kecil
berupa keluarga dan juga pada kepentingan seseorang yang senantiasa mengalami
perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu.
Dunia modern sekarang mengalami perubahan
dan perkembangan yang semakin cepat. Mode pakaian yang populer pada enam bulan
lalu sekarang sudah terasa usang. Pertambahan penduduk sangat cepat. Arus
pertambahan kendaraan bermotor juga sangat cepat sekali. Penemuan peralatan
hidup yang baru juga semakin cepat. Radio yang dulunya barang mewah sekarang
jadi barang murahan. Begitu banyak dan cepatnya perubahan terjadi dalam
masyarakat modern. Perubahan-perubhan tersebut membawa masalah baru bagi
seseorang atau sesuatu masyarakat.
Perubahan dan perkembangan yang
cepat tersebut memerlukan penyesuaian pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap
tertentu dari seseorang atau masyarkat yang menghadapi tantangan masalah dan
hajat hidup baru. Suatu masyarakat beberapa tahun yang lalu masih dapat hidup
dengan mata pencaharian membuat periuk, belanga dan sebagainya dari tanah,
tetapi dengan maningkatnya alat-alat keperluan dapur yang murah dari
bahan-bahan alumunium dan pelastik, maka sulit dipertahankan mata pencaharian
membuat alat-alat dapur dari tanah. Sikap”alon-alon asal kelakon” (pelan-pelan
asal selamat) masih dapat hidup layak beberapa tahun lalu. Sebab pemilikan
tanah, hasil produksidan benda-benda keperluan hidup lainnya terbagi pada
jumlah manusia yang relatife jarang atau sedikit. Tingginya angka kelahran
serta semakin kecilnya angka kematian membawa persoalan-persoalan dan tuntutan
hidup baru yang lebih gawat, sehingga tidak cocok lagi sikap alon-alon asal
kelakon. Pokonya manusia sekarang dituntut untuk berlari sekencang larinya
perubahan dan perkembangan itu sendiri.
Pendidikan dan juga pembangunan
dituntut untuk lari cepat, sehingga memungkinkan untuk menyesuaikan diri secara
berhasil di dalam perubahan-perubahan dan perkembangan dunia kini serta yang
akan datang. Dalam hubungan ini Margaret Mead mengatakan bahwa : “Education now
is not maintenance of the old, but for change”. Semboyan tersebut dijadikan
titik tolak kebijakan pendidikan di
Nepal , Indonesia
di anjurkan oleh komisi internasional pengembangan pendidikan. Ini berarti,
pendidikan dalam pembanguanan mengenban tugas yang semakin kompleks dan luas
sesuai dengan aneka ragam masalah dan hajat hidup orang seseorang, keluarga,
masyarakat lokal, regional dan nasional.
Dari orientasi tersebut dapat
ditarik pemikiran-pemikiran dasar, bahwa bekal pendidikan yang berisi
penambahan pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta
sikap-sikap haruslah diarahkan untuk :
1) Menambah
konformitas seorang atau sesuatu masyarakat terhadap citacita atau program
pembangunan. Dengan demikian nantinya tidak akan terlihat lagi seseorang atau
suatu masyarakatyang bangga dengan anak banyak membuka hutan untuk peladangan
sebarangan dan sebagainya.
2) Menambah
kepekaan seseorang atau sutu masyarakat terhadap tantangan, persoalan dan hajat
hidup diri, lingkungan dan bangsanya yang senatiasa berubah dan berkembang
3) Menambah
kemampuan menyelesikan tantangan persoalan dan hajat hidp diri seseorang atau
suatu masyarakat sesuai dengan kaeadaan yang dihadapi.
4) Mengembangkan
sikap-sikap yang cocok untuk tuntutan hidup, kahidupan kinidan yang akan dating
seperti sikap hemat, sederhana,disiplin, berikhtiar, menghargai waktu,
berorientasi pada masa depan dan sebagainya.
Keempat
arah dasar di atas merupakan cirri-ciri esensial dari corak manusia Indonesia
yang dapatdiharapkan memiliki rasa civic conciousness, community responsibility
dan pertisipasi terhadap pembangunan. Manusia Indonesia yang sesuai dengan
kerangka acuan di atas dapat disebutkan sebagai manusia pembangunan yang
ber-Pancasila. Karenanya, pendidikan yang relevan dengan pembangunan di
Indonesia pada dasarnya adalah pendidikan yang benar-benar menyiapkan manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
4. Peranan
Pendidikan Dalam Bidang Pembangunan Ekonomi
Pendidikan memberi kontribusi secara
signifikan terhadap pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifat
aksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telah membuktikan
keabsahannya. Pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya manusia yang
berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi,
tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja
berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat
umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan
pendapatan dan produktivitas masyarakat.
Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan
pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun
pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran,
kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban
sosial politik bagi pemerintah.
Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan
merujuk knowledge based economy tampak kian dominan:
a) Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada
basis dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b) Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan
ekonomi menjadi kian kuat dan solid.
c) Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika
perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka
panjang.
5. Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM.
Pendidikan pada hakikatnya
berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara hakiki, pembangunan
pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembangunan
manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan
untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan merupakan
hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian layanan
pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Karena itu, manajemen
sistem pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu,
serta diarahkan pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga
masyarakat, dengan mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki
landasan komitmen internasional, sebagai visi bersama berbagai negara di dunia,
melalui kesepakatan yang dikenal dengan kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.
Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam
kesepahaman Education for All (EFA) meliputi enam komponen penting, yaitu:
a. pendidikan anak usia dini (PAUD)
b. pendidikan dasar
c. pendidikan keaksaraan
d. pendidikan kecakapan hidup (life skill)
e. kesetaraan dan keadilan gender
f. peningkatan mutu pendidikan.
6. Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan
Sosial.
a. Pembangunan Berwawasan Kependudukan.
Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan
mengandung dua makna sekaligus, yaitu:
1) Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan
yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada, penduduk harus
dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan
subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk
penduduk.
2) Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan
sumberdaya manusia, pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-mata.
b. Dimensi Penduduk dalam Pembangunan Nasional.
Ada beberapa alasan yang melandasi
pemikiran bahwa penduduk merupakan isu yang sangat strategis dalam kerangka
pembangunan nasional Berbagai pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penduduk merupakan pusat dari
seluruh kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan. Dapat dikemukakan
bahwa penduduk adalah subjek dan objek pembangunan. Jadi, pembangunan baru
dapat dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam
arti luas yaitu kualitas fisik maupun non fisik yang melekat pada diri penduduk
itu sendiri.
2) Keadaan penduduk yang ada sangat
mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah.
Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai,
akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk
yang besar, jika diikuti dengan tingkat kualitas rendah, menjadikan penduduk
tersebut hanya sebagai beban bagi pembangunan nasional.
3) Dampak perubahan dinamika
kependudukan baru akan terasa dalam jangka yang panjang. Karenanya, seringkali
peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberapa
ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan
dampak negatif terhadap kesehatan seseorang pada 25 tahun ke depan atau satu
generasi.
c. Esensi Pendidikan Dan Pembangunan Serta Titik
Temunya
Status pendidikan dan pembangunan
masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara keduanya.
- Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia
sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia.
- Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang
menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan,
penyediaan saran, dan seterusnya.
B. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Bagian ini akan mengemukakan dua hal
yaitu mengapa sistem pendidikan harus dibangun dan wujud sisdiknas.
1. Mengapa
Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Sistem
pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia
cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan.
Selain itu,
pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan
sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki
mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
2. Wujud
Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara
makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling
terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum
a. Hubungan
Antar Aspek-aspek
Aspek
filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain,
karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis
menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan
filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain
secara total.
b. Aspek
Filosofis dan Keilmuan
Aspek
filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan. Rumusan tujuan
pendidikan nasional yang etntunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat
manusia yang kodrati yang berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan
sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila.
c. Aspek
Yuridis
UUD 1945
sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal yang
melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32))
maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)).
Pasal pasal
tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci kedalam
UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No. 12
Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989.
d. Aspek
Struktur
Aspek struktur
pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur
pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu
belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari
perkembangan sosial budaya dan politik.
e. Aspek
Kurikulum
Kurikulum
merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka
kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya,
orientasinya,pendekatannya maupun metodenya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar